Pengalaman Setahun Menggunakan Xbox Game Pass

Tak ingat kapan pertama kali saya menyentuh stick controller. Ayah sering berkata bahwa tepat setelah saya bisa membaca, saya langsung merengek ingin dibelikan konsol. Saat itu tentu pilihan game masih sangat terbatas, namun masih terekam dalam ingatan bagaimana serunya bermain Crash Bandicoot, Age of Empire, dan Team Buddies hampir setiap waktu.

Komputer maupun konsol, kedua benda tersebut masing-masing memangkas ribuan jam masa kecil. Saya selalu punya alasan untuk menyalakan kedua benda tersebut dan terhanyut berjam-jam di dalamnya. Sampai-sampai Ayah selalu menyembunyikan konsol di hari sekolah, “Main hanya boleh saat weekend”, Ia selalu mengulang kata-kata tersebut. Ibu bilang terlalu sering bermain game bisa merusak masa depan, namun sekarang pekerjaan saya malah sangat dekat dengan game. Sebuah ironi yang lucu.

Saat kecil, saya memiliki banyak sekali koleksi Cartridge dan CD-ROM, sebuah koleksi yang sangat berharga. Dulu sering berkhayal, suatu saat saya bisa memainkan game apapun yang saya inginkan, kapanpun yang saya mau, dengan hanya menekan satu button. Tanpa harus bersusah payah menabung dan membeli game tersebut.

Xbox Game Pass mewujudkan impian masa kecil itu, dan setelah satu tahun menggunakan service ini, menjadi sulit membayangkan bermain game tanpanya.

Love at the First Pass

Game Pass sering disebut sebagai deal terbaik dalam dunia game, dan bukan tanpa alasan. Hanya dengan Rp50,000 per bulan, PC Game Pass memberi kita akses instan ke library game PC yang memuat ratusan game dengan lusinan genre berbeda. Bahkan jika menambah beberapa puluh ribu lagi, Xbox Game Pass Ultimate mempunyai fitur Cloud Gaming untuk streaming game langsung ke PC ataupun ponsel kamu. Gila!

Ingat zaman sebelum Netflix? Zaman di mana toko DVD masih menjamur, dan kita harus membeli film satu per satu untuk dapat kita tonton di kemudian hari. Hari-hari itu telah usai, dan tampak aneh membicarakannya sekarang. Nah, Xbox Game Pass merevolusi dunia game persis seperti yang dilakukan Netflix dalam ranah film.

Dengan ratusan game yang terus menerus tersedia setiap waktu, saya menjadi malas membeli game secara terpisah. Love at the First Pass.

Ratusan Game Dalam Genggaman Tangan

Setiap tahun, ada banyak game triple A yang rilis silih berganti, untuk kaum dompet tipis seperti saya, hal ini menyebabkan penyakit kanker (kantong kering) yang saya alami hampir tiap bulan hanya untuk belanja game-game terbaru.

Semenjak berlangganan Game Pass, tidak harus menunggu lama untuk menikmati game-game terbaru. Terkadang, bahkan tidak sampai seminggu game tertentu sudah hadir di Game Pass. Game seperti High on Life justru rilis di hari pertama, berbarengan dengan versi retailnya!

Saya bisa menjamin ketika Starfield rilis nanti, Game Pass lah aplikasi pertama yang akan saya buka!

Tidak pernah ada momen kebingungan untuk memikirkan game mana lagi yang mau dimainkan. Game-game blockbuster AAA maupun game indie sama-sama memenuhi waktu luang saya hari demi hari.

Ngegame Di manapun dan Kapan pun Tanpa Bikin Cekak

Kita semua pasti mengenal teman yang memainkan game yang sama selama bertahun-tahun. Lihat saja beberapa fanbase DOTA atau Skyrim, banyak dari mereka yang benar-benar sudah menuangkan puluhan ribu jam dalam satu game saja. Saya? Minggu ke minggu pasti berganti-ganti. Terkadang ada waktunya saya ingin memainkan FPS dan menembak musuh secara sporadic, ada waktunya juga ingin berjalan-jalan santai menikmati suasana in-game ala Lake.

Game Pass memungkinkan orang-orang seperti saya untuk tetap bisa bermain banyak game tanpa mengorbankan uang yang banyak. Bayangkan hanya dengan beberapa puluh ribu per bulan, saya bisa memainkan 2-3 game AAA. Itu jauh lebih murah daripada saya harus membeli game-game tersebut sendiri-sendiri di marketplace.

Saya termasuk seorang PC master race, jadi Sebagian besar pengalaman bermain game saya terjadi di PC ataupun laptop gaming. Namun ada saatnya saya merasa malas bangun dari tempat tidur, atau sedang di perjalanan, nah Xbox Cloud Gaming siap menjadi opsi untuk gaming-on-the-go. Tidak perlu download file-file besar atau membawa-bawa laptop ROG saya kemana-mana, saya selalu siap main kapanpun. Atau, jika sedang jam istirahat di kantor, saya membawa Xbox Controller dan streaming di Laptop Zenbook (ssshh jangan bilang-bilang).

Dengan alasan-alasan di atas lah, menurut hemat saya, Xbox Game Pass menjadi sesuatu yang wajib dipunyai oleh semua PC Gamers. Nah ROGers, apakah sudah subscribe Game Pass? Beberapa product ROG atau TUF kita mempunyai promo Game Pass selama 1 bulan penuh lho!

One thought on

Pengalaman Setahun Menggunakan Xbox Game Pass

  • Ernesthy

    Pengen banget bisa langganan tapi apa daya yang cuma ngandalin free game dari epic games wkwkkw

Comments are closed.

Ready to start your journey?

If there is nothing in a chest, the chest doesn’t mean anything