ROGcommunity.id – Cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer mungkin wajib diketahui para orang tua zaman sekarang. Sebab dalam 5 tahun belakangan ini, fenomena e-sport sedang menjamur kepada anak remaja di tanah air.
Sebagai orang tua, kita dapat menyediakan fasilitas kepada anak untuk pengembangan minatnya merupakan sebuah keharusan, tak terkecuali dalam minat gamingnya.
Berikut kita akan membahas cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer sesuai dengan peran kita sebagai orang tua.
Viralnya, fenomena e-sport yang sedang mengalami puncak pada perhelatan Asian Games 2018 lalu, E-Sport ternyata masuk sebagai salah satu cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan. Tak heran jika anak sekarang menggemari E- sport maka, dari itu orang tua perlu tahu cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer.
Pada pelaksanaan event tersebut, E-Sport mempertandingkan enam mata lomba, yaitu League of Legends, Pro Evolution Soccer (PES), Arena of Valor (AoV), Starcraft II, Hearthstone, serta Clash Royale.
Cara Mengatasi dan Mendukung Anak Jadi Gamer bagi Orang Tua
Orang tua tetap harus tahu cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer di tengah minat sang anak yang ingin jadi gamer. Cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer salah satunya dengan cara membuka akses ke komunitas atau professional.
Tentunya komunitas tersebut memahami bidang permainan virtual tersebut. Menurut Psikolog anak, remaja dan juga keluarga Rosdiana Setyaningrum, cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer adalah, sebagai berikut :
- Menunjukkan narasumber yang terlibat aktif di bidang tersebut
Hal tersebut bertujuan untuk anak paham plus minus dari bidang yang sedang digemarinya. Dengan mengakses dari sumber yang valid, maka anak akan mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai dunia esport secara menyeluruh.
Sehingga, dampak dari hobi tersebut dari berbagai sisi yaitu terjadinya kecanduan dapat dicegah. Salah satu contoh industri e-sports tersebut ialah permainan game PUBG Mobile yang berinvestasi sebesar miliaran rupiah dengan rutin untuk menyelenggarakan kompetisi berjenjang di Indonesia.
- Mendorong anak eksplorasi di luar E-Sport
Menurut Rosdiana, pada zaman sekarang anak tidak dapat hanya memiliki satu keahlian saja. Memang, kecanduan smartphone kerap kali menjadi kerisauan terbesar orang tua. Menurut Rosdiana, kondisi pandemi belakangan ini cenderung memiliki dampak yang kurang menyenangkan.
Hal ini disebabkan karena kegiatan di luar rumah yang memiliki potensi mencegah kecanduan menjadi tereduksi atau terkikis. Tak hanya itu saja, kebanyakan anak saat telah kecanduan menjadi lebih sulit untuk dapat fokus dan mengalami beberapa perubahan suasana hati atau mood swing yang signifikan jika tidak memainkan game.
Supaya anak tidak mencari game terus – menerus hendaknya orang tua dengan bertahap mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik dan juga mental lain yang mereka gemari. Hal tersebut seperti olahraga di luar ruangan, sehingga ketergantungan akan game akan berkurang.
Sisi Positif menjadi Gamer
Meskipun banyak sisi negatif dari e-sport, namun sejatinya esport juga memiliki manfaat bagi penggemarnya, antara lain yaitu:
- Melatih kerja sama tim
Banyak dari game dalam E-Sport dapat dimainkan secara grup. Sehingga, untuk mencapai tujuan game, anggota grup harus dapat meningkatkan skill seperti kerja tim, berpikir strategis, melatih komunikasi, dan juga kepercayaan diri.
- Meningkatkan pola berpikir kritis
Dalam bermain game esport, player diharuskan untuk memakai strategi untuk dapat meraih kemenangan. Begitu pula dengan game E-Sport, berbagai strategi yang diterapkan dalam E-Sports juga bisa berpengaruh terhadap pola berpikir kritis pada anak.
Dengan game E-Sport anak akan lebih terlatih untuk menghadapi permasalahan yang ada di hadapannya. Serta, anak juga akan terbiasa untuk lebih berpikir kritis.
- Memperbaiki daya tahan terhadap stress
Percaya atau tidak, game dapat membantu dalam mengatasi stress serta dapat memperbaiki daya tahan tubuh dalam menghadap stress tersebut. Sebuah riset yang pernah dilakukan dan diambil sampel sejumlah 1000 gamers dengan rentang usia 18-30 tahun.
Dan mereka ditanyai mengenai tanggapan mereka terkait tentang games dalam menangani stress. Hasilnya 55% berkata bahwa video game dapat membantu mereka untuk mengatasi stress.
- Bermanfaat bagi kesehatan Otak
Menurut Cyberathletiks, ada penelitian yang dilakukan terhadap orang dewasa yang bermain Super Mario 64 selama 30 menit dalam sehari, lima hari seminggu, selama enam bulan. Para peneliti berhasil menemukan peningkatan pada tiga area otak utama, yaitu prefrontal cortex, hippocampus kanan, dan juga otak kecil.
Di mana prefrontal cortex ialah bagian otak yang memiliki tanggung jawab untuk pengambilan keputusan, kepribadian, perencanaan kognitif, serta perilaku sosial.
Hippocampus berfungsi untuk tempat pemrosesan informasi dan konsolidasi agar mendapatkan memori jangka pendek maupun panjang. Serta, otak kecil yang dapat mengendalikan keterampilan motorik halus dan juga aktivitas otot.
Tidak heran, saat bermain game kita akan berkonsentrasi penuh pada game yang dimainkan. Sebab, Kerja otak pada saat itu pun juga maksimal.
Nah, itu dia cara mengatasi dan mendukung anak jadi gamer. Jadi, tidak selalu anak yang ingin menjadi gamer itu negative. Kita sebagai orang tua dapat membimbing mereka sehingga, menghasilkan hal yang positif.
FYI : Jika masih ada pertanyaan terkait tips, game, produk ROG, bisa langsung masuk ke forum ROG Community. Di sana kalian bisa sharing dan konsultasi dengan dengan sesama member sepuasnya.