Saya adalah seorang Yakuza sejati yang mengalami hilang ingatan sebagian memoriku, tapi di sela waktu, saya juga bisa menjadi seorang bajak laut. Tapi, semua berubah ketika tanpa sengaja aku menemukan bus tur milik seorang idol. Karena penasaran dan iseng, aku langsung naik ke dalam busnya dan ikut tur sambil pura-pura jadi fans dari si idol tadi. Sepanjang perjalanan, aku ketemu sama para fans idol yang polosnya nggak ketulungan. Tapi kemudian aku tahu fakta mengejutkan: si idol dan manajernya sebenarnya nggak tahan dengan para fans ini. Mereka cuma memanfaatkan kepolosan para fans itu demi uang.
Dan karena nggak tahan melihatnya, aku memutuskan buat ngasih pelajaran. Aku tonjok si manajer, kasih mereka berdua nasihat dengan cara yang tegas, dan akhirnya membuka mata semua fans yang selama ini terjebak dalam hubungan idol dan fans yang nggak sehat. Setelah itu, para fans ini mulai sadar, sehingga mereka pun berhenti mengidolakan idolnya itu secara berlebihan, dan malah jadi sahabat satu sama lain. Cerita ini pun berakhir jadi kisah yang menyenangkan, tapi penuh pengkhianatan, dan penebusan—yang lucunya, sama sekali nggak nyambung dengan jalan cerita utama game-nya.
Misi sampingan yang absurd ini benar-benar khas game Like a Dragon (dulu dikenal sebagai Yakuza). Ceritanya terpisah jauh dari alur utama, tapi justru inilah alasan kenapa saya suka main game dari Like a Dragon. Bagi saya, game ini bukan hanya memiliki plot utama yang menarik atau sistem gameplay yang kompleks. Justru yang bikin ketagihan adalah hal-hal absurd dan nyeleneh di sela-sela permainan. Game ini tuh kayak versi playable dari cerita-cerita aneh yang biasa kamu dengar dari teman waktu nongkrong di kafe, mirip banget kayak Like a Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii.
Bahkan minigame-nya aja aneh-aneh. Di satu misi, pemain bisa jadi tukang antar pizza, terus beberapa menit kemudian main baseball di batting cage yang targetnya bisa meledak, lalu lanjut main poker versi bajak laut. Setelah satu minigame selesai, biasanya langsung nyambung ke misi sampingan lain yang sama anehnya. Kadang pemain harus belajar komunikasi sama harimau peliharaan sendiri, kadang bantuin kakek-kakek berkeringat di dalam kostum tebal buat foto bareng cewek-cewek. Pokoknya kamu nggak pernah tahu hal absurd apa yang akan terjadi sampai kamu tekan tombol “play”.

Dan justru karena itu, Like a Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii jadi game yang cocok banget buat dimainkan saat santai. Kalau kamu punya waktu luang sekitar 15 menit maka kamu bisa langsung main game-nya, ikut satu salah satu cerita anehnya yang durasinya tergolong pendek atau main satu minigame absurd, lalu lanjut lagi dengan kegiatanmu di real life. Game ini kayak “camilan digital”cemilan” di tengah kesibukanmu—bisa dinikmati sedikit-sedikit, tapi selalu bikin nagih.
Tapi, kalau kamu pengen duduk serius dan menikmati keseluruhan ceritanya, juga sama bikin nagih kok. Di balik semua keanehan itu, sebenarnya ada narasi utama dan gameplay loop yang cukup solid buat kamu eksplor selama belasan jam. Cerita utamanya berpusat pada karakter bernama Goro Majima—si Yakuza gila yang tiba-tiba lupa kalau dia itu seorang kriminal, dan malah nemuin bakat barunya sebagai bajak laut. Ceritanya memang nggak deep tentang si karakter, tapi tetap punya pesan menyentuh tentang keluar dari zona nyaman dan menemukan jati diri.
Tak hanya itu, bahkan cerita ini juga dilengkapi dengan sistem combat klasik ala seri Yakuza, yaitu beat-em-up penuh aksi. Intinya sih, game ini kayak adu jotos penuh efek dramatis dengan jurus-jurus spesial yang lebay tapi satisfying. Hampir semua konflik bisa diselesaikan dengan adu jotos tadi. Tapi kalau lawannya nggak bisa ditampar langsung, kita bisa ganti ke mode perang kapal bajak laut—mengemudi kapal dan lempar bola meriam ke arah musuh. Entah itu pakai tangan Majima atau kapalnya, semua aksinya sangat cepat dan memuaskan.

Tapi jujur aja, meskipun sistem combat dan cerita utama menyenangkan, itu bukan hal yang paling membekas setelah saya memainkan game ini. Justru hal-hal nyeleneh di misi sampingan dan minigame-lah yang sangat memorable. Saya masih ingat ketika bertemu duo komedian aneh di coffee shop random. Dan, saya juga ingat saat berhasil ngajak seorang pria penyendiri yang terobsesi dengan sapi buat gabung ke kru bajak laut. Jangan lupakan juga berapa banyak waktu yang saya habiskan hanya untuk main Fantasy Zone di konsol SEGA Master System versi in-game. Ya, kamu bisa main game di dalam game. Nyeleneh juga kan?
Dan di situlah letak daya tarik utama dari game ini dan juga seluruh seri Like a Dragon, hal nyelenehnya. Semua pemain pasti punya pengalaman yang beda-beda. Ada yang suka dengan cerita utamanya yang penuh drama kayak sinetron. Ada yang senang dengan adu jotos lebay-nya. Tapi banyak juga pemain yang justru menikmati “kisah-kisah nggak jelas”-nya—mainin semua misi sampingan, ngobrol sama karakter random, dan berpetualang di dunia game yang penuh dengan hal-hal nyeleneh. Ada lho, pemain yang bisa habiskan lebih banyak waktu di satu minigame dibanding waktu pemain lain menyelesaikan seluruh game. Dan saya termasuk tim itu. Jadi kalau cari saya di dalam game, kemungkinan aku lagi ninggalin semua urusan Yakuza dan bajak laut demi cari teman-teman aneh baru di Hawaii.
Kalau kamu penasaran dan pengen coba main Like a Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii, sekarang gamenya udah tersedia sekarang di Gamesplanet. Tinggal download, dan siap-siap masuk ke dunia yang absurd tapi sangat seru.
Kalau kamu suka game yang nggak bisa ditebak, suka ketawa sendiri karena misi kocak yang absurd, dan suka main game yang bisa santai tapi juga bisa serius, ini game jelas cocok buat kamu. Siapapun kamu—entah fans lama Yakuza atau pemain baru yang cuma pengen coba sesuatu yang beda—Like a Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii bisa jadi petualangan paling random tapi memorable yang pernah kamu mainkan.