Nih ada solusi terbaik buat kamu yang bosen main Assassin’s Creed, karena ternyata cukup banyak pilihan game mirip Assassin’s Creed seru yang menawarkan eksplorasi open-world, stealth, dan combat sinematik. Daftar game mirip Assassin’s Creed ini bakal memberikan esensi parkour di atap kota, duel jarak dekat, sampai narasi historis yang bikin betah main berjam-jam.
Intinya, masing-masing game mirip Assassin’s Creed punya daya tarik unik: ada yang menonjol di ceritanya yang bercabang, ada yang menang di duel samurai, ada juga yang unggul di sistem rival yang dinamis. Let’s go, saya ajak kamu jalan-jalan ke lima kandidat favorit game mirip Assassin’s Creed yang wajib kamu cobain!
Game Mirip Assassin’s Creed
Kalau kamu suka game yang menyelinap di kerumunan, lock target dari ketinggian, lalu kabur lewat dengan cara parkour yang loncat-loncar, daftar “game mirip Assassin’s Creed ini bakal kamu lirik. “Mirip” di sini artinya punya tipe stealth/action yang kuat, presentasi dunia yang asyik untuk dieksplor, dan sistem progres yang bikin kamu betah ngulik build atau teknik. Penasaran? Mari kita lihat apa saja daftar game mirip Assassin’s Creed berikut ini:
The Witcher 3: Wild Hunt

Kalau kamu suka dengan tipe Assassin’s Creed yang beralih ke action-RPG (Origins–Odyssey–Valhalla), The Witcher 3 itu adalah pilihan yang tepat sebagai game mirip Assassin’s Creed terbaik. Di sini mengusung konsep open-world padat, quest bercabang, dan combat responsif mirip seperti Assassin’s Creed. Kesamaan paling terasa ada di dunianya luas dengan berbagai misi, markas bandit, dan berbagai aktivitas random yang sejalur dengan cerita. Bedanya, si Geralt membawa “Signs” (kemampuan sihir ringan) dan alchemy yang menambah lapisan taktik—jadi bukan sekadar tebas-tebas.
Sebagai game mirip Assassin’s Creed di genre RPG, Witcher 3 unggul dalam mengambil keputusan cerita. Banyak side quest yang penyelesaiannya mengubah nasib karakter atau desa yang kamu singgahi. Combat-nya cepat dan fleksibel, kamu bisa jadi swordsman murni, mage-light, atau alchemist yang bermain racikan minyak dan ramuan. Eksplorasinya pun lebih menarik, di mana setiap kamu menemukan ikon tanda tanya bisa berakhir jadi mini quest misteri dengan payoff naratif.
Kelebihan:
- Dunia open-world masif, hidup, dan imersif.
- Quest bercabang dengan konsekuensi yang bermakna dan bikin mikir.
- Combat responsif dengan variasi build (Signs, alchemy, melee).
- Sistem gear dan progresi karakter yang memuaskan untuk jangka panjang.
- Penulisan karakter dan dialog kuat; soundtrack memikat.
Kekurangan:
- Tempo main story kadang melambat karena misi “fetch/padding”.
- Minimap/UI cenderung terlalu menuntun, mengurangi spontanitas eksplorasi.
- Kurva belajar sistem RPG bisa menanjak untuk pendatang baru.
- Beberapa versi lama sempat punya bug/performa yang kurang stabil.
Ghost of Tsushima

Pernah ngebayangin Assassin’s Creed versi feodal Jepang? Ghost of Tsushima itu jawabannya—sebuah game fantasi samurai sinematik dengan dunia yang memesona. Kesamaan paling kental antara keduanya yaitu, open-world historis, stealth dari semak tinggi, assassination dari ketinggian, dan “camp clearing” yang nagih. Namun, Ghost memberi identitas kuat lewat duel katana yang taktis, stance system yang menuntut adaptasi, serta eksplorasi organik tanpa tumpukan HUD—angin jadi kompas, landmark jadi penuntun.
Sebagai salah satu game mirip Assassin’s Creed terbaik, Ghost menggarap aksi diam-diam dan aksi frontal sama-sama sahih. Kamu bisa membabat lewat “stand-off” ala duel film samurai, atau membersihkan markas musuh tanpa ketahuan. Narasinya memiliki konflik batin yang kuat dengan mengangkat cerita kehormatan samurai versus kebutuhan licik demi menyelamatkan tanah air. Musik, presentasi visual, dan photo mode-nya… aduh, ini salah satu yang terindah di gen-nya.
Kelebihan:
- Visual dan arah artistik menakjubkan; photo mode kelas atas.
- Combat pedang tajam dan taktis dengan sistem stance.
- Eksplorasi organik (Guiding Wind) yang minim HUD dan enak dinavigasi.
- Side quest (Mythic Tales/Character Tales) bernilai naratif dan gameplay.
- Musik dinamis memperkuat tensi stealth dan duel.
Kekurangan:
- Stealth dan AI musuh cenderung dangkal saat kamu ketahuan.
- Aktivitas open-world bisa repetitif di pertengahan ke akhir permainan.
- Lip-sync audio Jepang tidak selalu sinkron.
- Reward akhir collectible dan konten pasca-kredit terasa terbatas.
Middle-earth: Shadow of Mordor & War

Dari sisi “rasa bermain,” duo Middle-earth ini paling “AC banget” karena game mirip Assassin’s Creed ini mengusung konsep parkour ringan, air assassination, dan penyusupan buat membabat hierarki musuh. Bedanya, ia memperkenalkan Nemesis System di mana kamu bisa mengubah orc acak jadi rival pribadi dengan nama, sifat, trauma, dan dendam. Setiap kematian kamu, setiap pelarian orc, membentuk cerita emergent yang nggak bisa ditebak. Ini game mirip Assassin’s Creed yang menambah bumbu emergent storytelling.
Shadow of War mengembangkan pondasi Mordor dengan siege skala besar, rekrutmen orc, dan endgame yang lebih tebal. Mobilitas Talion lincah, combat-nya mengalir enak dengan banyak kemampuan “gap closer”. Buat kamu yang suka membersihkan wilayah sambil “mengatur” struktur musuh dari balik layar, loop gameplay-nya amat memuaskan—terutama kalau kamu hobi bikin pasukan orc konyol tapi mematikan.
Kelebihan:
- Nemesis System inovatif: rival dinamis yang membentuk cerita emergent.
- Combat gesit dan memuaskan; assassination dan parkour terasa familiar.
- Fortress siege dan manajemen pasukan menambah kedalaman endgame.
- Variasi kapten orc yang kaya kepribadian dan kemampuan.
- Mobilitas lincah (double-jump, Shadow Strike, mounts/drakes).
Kekurangan:
- Cerita dan dialog cenderung klise serta longgar terhadap lore Tolkien.
- Lingkungan berbeda terasa mirip secara fungsi; repetisi musuh.
- Pop-in tekstur/kendala teknis sesekali mengganggu.
- Stealth terlalu “forgiving”, mengurangi ketegangan.
- Sistem loot bisa terasa redundant/terlalu grindy bagi sebagian pemain.
God of War Ragnarök

Kalau kamu suka Valhalla karena nuansa Nordik dan mitologi, God of War Ragnarök itu “jalan pintas” ke jantung mitos Nordik dengan eksekusi naratif dan combat kelas dunia. Memang bukan stealth game, tapi sebagai game mirip Assassin’s Creed yang mirip dari sisi lata belakang dan penggambaran dunianya, ditambah dengan eksplorasi semi-terbuka, dan POV orang ketiga yang berat di duel jarak dekat—Ragnarök sangat pas jadi solusi untuk game mirip Assassin’s Creed. I
Combat-nya adalah tarian brutal yang halus dengan pergantianBlades of Chaos–Leviathan Axe, parry yang berasa “nempel”, hingga runic abilities yang mengguncang layar. Eksplorasi tiap realm punya twist puzzle berbeda, dan side quest (Favors) bukan filler—kaya momen personal yang memperkuat dunia dan relasi karakter. Ini cocok buat kamu yang ingin open-area padat tanpa kewajiban checklist yang melelahkan.
Kelebihan:
- Narasi kuat, akting top-tier, dan pengembangan karakter matang.
- Combat berlapis dengan variasi senjata, parry, dan runic abilities.
- Boss fight berkelas; bestiary lebih beragam daripada 2018.
- Desain dunia detail, puzzle cerdas, presentasi “one-shot” sinematik.
- Musik Bear McCreary mengangkat emosi dan intensitas aksi.
Kekurangan:
- NPC sering memberi hint terlalu cepat, mengurangi momen “aha”.
- Menu build/upgrade bisa terasa padat untuk pemain kasual.
- Struktur area cenderung linear; bukan open-world murni.
- Lonjakan kesulitan di beberapa side boss bisa bikin frustasi awalnya.
Prince of Persia: The Sands of Time

Sebelum Assassin’s Creed lahir, ada The Sands of Time—akar DNA parkour akrobatik dan puzzle lingkungan yang kemudian disempurnakan oleh AC generasi awal. Kalau kamu kangen AC yang fokus pada traversal presisi, jebakan lingkungan, dan timing lompat yang memacu adrenalin, ini game mirip Assassin’s Creed paling purba dan masih menarik hingga kini. Mekanik rewind di sini yang terbaik bikin eksperimen traversal jadi berani, karena salah langkah bisa “ditarik mundur” seketika.
Secara rasa, PoP lebih padat lintasan dibandingkan memberikan map yang luas seperti AC. Kamu dikurung dalam “kotak pasir vertikal” berisi rute parkour, tiang, balok, dinding untuk wall-run, dan puzzle logis. Kontrolnya intuitif dan animasinya (untuk masanya) sangat mulus. Buat yang mau nostalgia akar AC—ini game mirip Assassin’s Creed yang wajib coba.
Kelebihan:
- Platforming akrobatik ikonik; kontrol intuitif dan halus.
- Mekanik rewind waktu bisa mengurangi rasa kesal dan mendorong eksperimen.
- Level dan puzzle logis serta memuaskan untuk dipecahkan.
- Animasi karakter dan atmosfer sangat kuat untuk masanya.
Kekurangan:
- Pertarungan agak repetitif; kamera saat combat kadang menyulitkan.
- Terlihat game jadul karena visual/kontrol agak lawas.
- Performa 30 fps dan opsi tampilan terbatas di rilis awal.
- Durasi relatif singkat; klimaks akhir kurang sekuat build-up.
Nah, itulah rekomendasi game mirip Assassin’s Creed yang saya pilih karena masing-masing punya “jiwa” yang dekat dengan AC: entah itu lewat stealth dan traversal (Ghost, Middle-earth, PoP), lewat skala open-world dan progres RPG (Witcher 3), atau lewat presentasi naratif-sinematik dan combat orang ketiga yang memuaskan (Ragnarök). Punya rekomendasi lainnya?