Di balik ledakan, tembakan, dan quest tak berujung, ada sisi lain dari dunia video game yang jauh lebih tenang tapi justru bikin kamu mikir keras. Yup, game bertema filosofis adalah jenis game yang bukan cuma ngajak kamu main, tapi juga refleksi—tentang eksistensi, kesadaran, pilihan bebas, dan makna hidup itu sendiri.
Beberapa game bertema filosofis bahkan bisa bikin kamu stuck bukan karena susahnya level, tapi karena pertanyaan dalam gamenya bikin kamu overthinking. Nah, di artikel ini, saya bakal ngebahas 5 game bertema filosofis yang nggak cuma keren dari sisi gameplay, tapi juga punya narasi dan ide-ide yang bikin kamu merasa kayak lagi kuliah filsafat tapi versi interaktif dan seru.
Game Bertema Filosofis
Untuk yang suka menanyakan eksistensi diri, ada lima game bertema filosofis yang mungkin akan menarik perhatianmu. Seseru apa gamenya? Yuk, kita lihat bersama!
The Talos Principle

Pernah nggak sih kamu main game puzzle tapi malah jadi mikir tentang eksistensi dan kesadaran diri? The Talos Principle adalah salah satu game bertema filosofis yang bisa bikin kamu ngerasa kayak lagi ujian filsafat sambil mainin teka-teki otak. Di game bertema filosofis ini, kamu berperan sebagai robot dalam dunia reruntuhan kuno dan teknologi futuristik. Tugas utamamu adalah menyelesaikan lebih dari 100 puzzle dengan berbagai alat seperti laser, fan, dan jammer. Tapi bukan cuma soal mecahin teka-teki—kamu juga bakal diajak mikir, “Siapa aku?”, “Apa itu kesadaran?”, dan “Apa sebenarnya makna dari kebebasan?”
Bagian filosofisnya terasa banget pas kamu baca pesan-pesan terminal, QR code dari robot lain, atau pas Elohim (suara dewa) mulai ngegas kamu buat ngikutin perintahnya—atau malah nekat naik ke menara terlarang. Ceritanya mengangkat konsep tentang kesadaran buatan, kebebasan memilih, dan makna menjadi manusia. Ini bukan sekadar game, tapi juga pengalaman berpikir yang lumayan mind-blowing.
Kelebihan:
- Puzzle-nya elegan dan rewarding: Mekanik kayak laser connector dan jammer bikin kamu harus mikir taktis, tapi rasanya memuaskan banget pas berhasil.
- Tema filosofis yang dalam: Cocok buat kamu yang suka topik kayak eksistensi, kesadaran, dan konsep Tuhan vs kebebasan.
- Visual world-nya keren: Dari reruntuhan Romawi sampai setting Mesir kuno—dunia game ini enak dipandang dan bikin betah eksplorasi.
- Narasi interaktif: Ada terminal yang bisa kamu baca dan jawab, memberikan pengalaman yang lebih personal dan bikin kamu makin tenggelam dalam cerita.
Kekurangan:
- Interaksi filosofis kadang kaku: Pilihan jawaban di terminal dibatasi, jadi nggak bisa bebas ekspresiin pikiranmu.
- Awal game terlalu mudah: Beberapa puzzle di awal mungkin terlalu ringan buat gamer veteran.
- Filosofi dan gameplay kadang kurang nyambung: Ceritanya kuat, puzzle-nya keren, tapi kadang dua elemen ini terasa jalan sendiri-sendiri.
Outer Wilds

Di tengah banyaknya game petualangan luar angkasa, Outer Wilds hadir sebagai game bertema filosofis yang beneran bikin kamu mikir—bukan cuma soal planet, tapi juga soal eksistensi, waktu, dan makna hidup. Kamu jadi seorang astronot alien dari program luar angkasa indie bernama Outer Wilds Ventures, dan tiba-tiba sadar kalau kamu terjebak di loop waktu 22 menit yang terus mengulang. Di game bertema filosofis ini, kamu juga bakal mengurai misteri ras kuno bernama Nomai, dan akhirnya mempertanyakan: kenapa semesta ini terus mengulang, dan apa peran kamu di dalamnya?
Bagian filosofis dari game ini kuat banget karena nggak disampaikan lewat ceramah panjang, tapi lewat pengalaman langsung—kayak pas kamu menyadari bahwa matahari selalu meledak di akhir loop, atau ketika catatan peninggalan Nomai membahas absurditas dan siklus alam semesta. Game ini ngebawa kamu ke dilema antara optimisme dan nihilisme, dengan pertanyaan: kalau semuanya bakal reset, apa masih ada gunanya mencari jawaban?
Cara main game bertema filosofis ini unik: nggak ada misi linear, nggak ada panah petunjuk. Kamu harus eksplorasi, baca petunjuk di reruntuhan kuno, dan hubungkan informasi sendiri. Semua pengetahuan yang kamu kumpulkan jadi alat untuk maju, bukan level atau item. Satu hal yang pasti, ini bukan sekadar game luar angkasa—Outer Wilds adalah perjalanan pikiran.
Kelebihan:
- Time loop yang unik dan bikin eksplorasi terasa menegangkan tapi rewarding.
- Cerita dibangun lewat eksplorasi, bukan cutscene.
- Setiap planet beda mekanik, bikin tiap kunjungan selalu fresh.
- Filosofis tapi nggak berat, bisa dinikmati sambil main.
Kekurangan:
- Awal game agak membingungkan, karena tanpa tutorial jelas.
- Puzzle bisa terasa buntu kalau info nggak kamu temukan urutannya.
- Navigasi pesawat sulit di awal, butuh waktu buat adaptasi.
- Nggak ada misi linear, jadi kamu harus sabar dan teliti.
SOMA

Di antara game horor yang cuma ngandelin jumpscare dan monster serem, SOMA beda kelas. Game bertema filosofis ini bukan cuma ngajak kamu kabur dari makhluk mengerikan di dasar laut, tapi juga bikin kamu mempertanyakan konsep diri, kesadaran, dan eksistensi. Sebagai game bertema filosofis, SOMA ngebawa kamu jadi Simon, seseorang yang tiba-tiba bangun di fasilitas bawah laut PATHOS-II, tanpa tahu kenapa atau bagaimana kamu bisa di sana. Yang bikin mindblown, kamu ketemu robot-robot yang yakin banget mereka manusia—ngomong, mikir, dan merasakan seperti manusia beneran.
Bagian filosofisnya kerasa banget pas kamu harus bikin keputusan moral soal entitas yang “separuh manusia”, dan tiap perjalananmu selalu diiringi pertanyaan, “Apa aku ini masih manusia?” Gameplay-nya fokus pada eksplorasi dan puzzle ringan, plus momen sembunyi dari makhluk menakutkan tanpa bisa lawan balik. Tapi tenang, ini bukan horor yang asal teriak—ini horor yang bikin kamu mikir keras sambil merinding.
Kelebihan:
- Cerita filosofis yang dalem, soal kesadaran dan identitas.
- Desain atmosfer horor yang kuat, bikin tegang dari awal sampai akhir.
- Robot-karakter yang tragis, bikin kamu dilema emosional.
- Penyajian narasi kreatif, pakai perspektif dan interaksi yang immersive.
Kekurangan:
- Puzzle kadang membingungkan, tanpa petunjuk jelas.
- Stealth terasa trial-and-error, sering bikin kesal.
- Gameplay kadang repetitif, terutama bagian hindari musuh.
- Durasi cerita agak kepanjangan, di beberapa bagian terasa nge-drag.
The Stanley Parable

Ada game yang bikin kamu mikir keras, lalu ada The Stanley Parable—game bertema filosofis yang bikin kamu ngerasa dimainin balik sama gamenya sendiri. Di sini, kamu jadi Stanley, pegawai kantoran biasa yang tiba-tiba sadar semua rekan kerjanya hilang. Dari situlah kamu mulai eksplorasi, dipandu (atau dikacaukan?) oleh suara narator yang terus kasih instruksi. Tapi uniknya, game bertema filosofis ini justru makin seru saat kamu mulai membangkang. Apakah kamu bebas memilih, atau semua pilihanmu sebenarnya sudah ditentukan?
Filosofi soal free will dan determinisme jadi inti dari pengalaman game bertema filosofis ini. Bahkan setiap keputusan sepele seperti pilih pintu kiri atau kanan bisa bikin kamu masuk ke realitas yang beda banget—kadang kocak, kadang absurd, kadang malah bikin overthinking. Dengan gaya narasi yang nyeleneh dan satir, The Stanley Parable ngajak kamu mempertanyakan: “Apakah aku benar-benar punya kendali atas kehidupanku sendiri?”
Kelebihan:
- Penuh twist dan ending gila yang bikin penasaran terus.
- Narator super kocak dengan akting voiceover yang memikat.
- Eksperimen narasi interaktif yang unik, cocok buat yang suka mikir.
- Pendek tapi padat, bisa ditamatin berulang tanpa bosan.
Kekurangan:
- Minim gameplay ‘nyata’, cuma jalan dan pilih.
- Agak membingungkan buat yang nggak terbiasa game metafiksi.
- Nggak cocok buat semua orang, terutama yang suka game aksi.
- Ngulang terus jadi bagian desain—bisa terasa repetitif.
The Witness

Bangun di sebuah pulau misterius tanpa mengingat siapa kamu, lalu tiba-tiba harus menyelesaikan ratusan teka-teki garis? Ya, itulah The Witness. Tapi jangan salah sangka, game bertema filosofis ini bukan sekadar soal bikin garis di panel-panel aneh. The Witness adalah game bertema filosofis yang penuh pesan tentang kesadaran, persepsi, dan pencarian makna. Puzzle-nya makin kompleks seiring kamu menjelajah pulau dan menemukan kutipan dari ilmuwan hingga filsuf. Game bertema filosofis ini ngajak kamu berhenti sejenak, mengamati lingkungan, dan mempertanyakan: apakah kamu benar-benar paham apa yang sedang kamu lihat?
Bagian filosofisnya muncul bukan lewat cerita yang disuapin, tapi lewat pengalaman kamu sendiri. Banyak momen “aha!” datang bukan dari cutscene, tapi dari sudut pandang baru—secara harfiah. Di sinilah The Witness jadi pengalaman yang kontemplatif sekaligus memuaskan secara intelektual.
Kelebihan:
- Puzzle yang cerdas dan orisinal, selalu mengembangkan ide baru.
- Lingkungan open-world yang indah dan penuh rahasia tersembunyi.
- Nuansa filosofis yang dalam tapi nggak menggurui.
- Desain bebas, kamu bisa eksplor sesukamu tanpa dikekang.
Kekurangan:
- Minim petunjuk, bisa bikin bosan atau kesal kalau udah mentok.
- Puzzle di awal game terlihat repetitif, tapi sebenarnya berkembang.
- Ceritanya nggak eksplisit, bisa terasa “kosong” buat yang cari narasi jelas.
- Butuh observasi tinggi, bukan buat gamer yang suka buru-buru.
Nah, dari kelima game bertema filosofis tadi, kamu bisa lihat sendiri kalau video game itu nggak melulu soal aksi dan hiburan semata. Ada juga game yang berani ngajak kamu mikir lebih dalam tentang eksistensi, pilihan hidup, kesadaran, bahkan makna realitas itu sendiri. Jadi, buat kamu yang pengen main game sambil merenung, lima game bertema filosofis ini siap jadi pengalaman bermain yang nggak cuma seru, tapi juga bikin pikiranmu terbuka.